Langsung ke konten utama

Spektrum Atom Hidrogen

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu. Kenyataan bahwa gas memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan struktur atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan untuk menguji kebenaran dari sebuah model atom.
Istilah atom pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli filsafat Yunani bernama Democritus (460-370 SM). Setiap zat dapat dibagi atas bagian-bagian yang lebih kecil, sampai mencapai bagian yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Bagian yang tak dapat dibagi itu oleh Demokritus disebut atom ,dari kata Yunani ”atomos” yang artinya tak dapat dibagi.
Selanjutnya, para filsuf yang muncul kemudian, seperti Plato dan Aristoteles merumuskan sebuah pemikiran bahwa bisa jadi tidak ada partikel yang tidak dapat dibagi.
Berarti, menurut dugaan mereka atom pun masih dapat dibagi lagi. Bersamaan dengan itu, pandangan mengenai atom berdasarkan pemikiran Demokritus mulai tersingkir.
Sejak ditemukannya partikel-partikel dasar atom, teori atom banyak mengalami perubahan. hal ini menggoyahkan teori atom Dalton yang menyatakan bahwa atom tidak dapat dibagi-bagi. Diantara yang menggoyahkan teori atom ini ialah hasil percobaan yang dilakukan oleh Thomson pada tahun 1897.
Atom dalam suatu unsur dapat menghasilkkan spektrum emisi (spektrum diskret) dengan menggunakan alat spectrometer, sebagai contoh spectrum hidrogen. Atom hidrogen memiliki struktur paling sederhana. Spektrum yang dihasilkan adalah atom hidrogen yang merupakan spektum yang paling sedehana. Spektrum garis atom hydrogen berhasil dijelaskan oleh Niels Bohr pada tahun 1913.














Gambar 1. Spektrum garis berbagai gas

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis. Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai persamaan berikut ini. Selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer.

(1)

Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm).
 
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang akan diteliti dalam percobaan ini adalah :
1. Bagaimana adanya spektrum diskret atom hidrogen
2. Bagaimana menggunakan rumus Balmer untuk menentukan konstanta- Rydberg
3. Bagaimana menentukan konstanta Plansk dari spektrum atom hidrogen
C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk menunjukkan adanya spektrum diskret atom hidrogen
2. Untuk menggunakan rumus Balmer dalam menentukan konstanta- Rydberg
3. Untuk menentukan konstanta Plansk dari spektrum atom hidrogen
BAB II
KAJIAN TEORI

Konsep atom mula-mula dikemukakan oleh Democritus, seorang filosof Yunani yang hidup pada abad ke-3 sebelum masehi (460-370 SM). Pada saat itu berdasarkan pemikirannya tanpa disertai dengan eksperimen, Democritus menyatakan bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu zat atau materi yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Berdasarkan eksperimen yang lebih rinci, teori tentang atom mulai dikembangkan pada abad-abad berikutnya. Barulah pada awal abad ke-19, teori atom berhasil dirumuskan. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, Dalton merumuskan teori tentang atom yang dikenal dengan teori atom Dalton. Teori atom Dalton menjadi dasar dalam perkembangan ilmu kimia, ilmu tentang unsur dan perubahannya.
Melalui percobaan tetes minyak, Robert Millikan dapat menentukan besar muatan listrik fundamental (yang paling kecil) dari zat. Diyakini bahwa muatan total dari zat merupakan kelipatan bulat dari nilai muatan fundamental ini. Di kemudian hari muatan fundamental ini ditetapkan sebagai muatan listrik dari sebuah elektron.
Thomson mencoba melihat lebih detail struktur atom dengan menyatakan bahwa atom terdiri atas materi bermuatan positif yang mengandung elektron di dalamnya. Ini dapat dibayangkan seperti kue cookies yang ditaburi kismis. Model ini didasarkan pada hasil eksperimen tetes minyak Millikan dan percobaan Thomson yang menemukan fakta bahwa terdapat elektron yang bermuatan negatif yang mengisi bagian dari atom.






Model atom Thomson
Melalui percobaan hamburan partikel alfa, Rutherford melangkah maju dalam usaha untuk memahami struktur atom. Dalam percobaan hamburan partikel alfa, partikel alfa yang ditembakkan ke lempeng emas sebagian besar menembus lempeng tersebut dan sedikit saja yang dibelokkan, namun yang mengejutkan adalah ada juga partikel alfa yang dipantulkan kembali ke arah semula.
Hasil eksperimen dimana ada sebagian partikel alfa yang dipantulkan kembali ditafsirkan oleh Rutherford dengan menyatakan bahwa terdapat bagian yang sangat masif di dalam atom yang mengandung sebagian besar massa atom tersebut. Bagian ini disebut inti atom yang memiliki massa 99% dari massa atom.
Berdasarkan hasil percobaan hamburan partikel alfa, Rutherford mengemukakan gagasannya tentang struktur atom. Model atom Rutherford menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom dengan elektron yang berputar mengelilinginya dalam lintasan atau orbit. Ini dapat dibayangkan seperti tatasurya dimana inti atom sebagai matahari dengan elektron-elektron sebagai planet yang berputar mengelilinginya.
Atom hidrogen memiliki struktur paling sederhana dan spektrum yang dihasilkan oleh atom hidrogen merupakan spektrum paling sederhana. Oleh karena itu, spektrum hidrogen dijadikan prototipe untuk mempelajari spektrum atom yang lebih rumit. Untuk menghasilkan spektrum atom hidrogen digunakan gas hidrogen yang disimpan dalam tabung dengan tekanan yang sangat rendah. Beda potensial diberikan kepada ujung-ujung tabung tersebut. Molekul-molekul gas hidrogen terurai menjadi atom-atom hidrogen dan memancarkan energi foton atau cahaya. Cahaya tersebut dilewatkan ke dalam celah sempit dan diteruskan melewati prisma, cahaya yang keluar dari prisma ditangkap oleh layar. Dilayar akan tampak spektrum cahaya atom hidrogen tersebut.








Perkembangan teori selanjutnya tentang atom hidrogen dikemukakan oleh Niels Bohr, dan dikenal sebagai teori atom Bohr. Niels Bohr menyusun model atom hydrogen seperti model atom Rutherford tetapi dengan memasukkan teori kuantum untuk menyempurnakan kelemahan teori atom Rutherford. Teori atom Bohr berdasarkan dua postulat yaitu,
Postulat 1.
Elektron-elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan tertentu yang disebut lintasan stasioner dan tidak memancarkan energi. Dalam gerakannya elektron mempunyai momentum angular sebesar,

Postulat 2.
• Dalam tiap lintasannya elektron mempunyai tingkat energi tertentu (makin dekat dengan inti tingkat energinya makin kecil dan tingkat energi paling kecil n = 1)
• Bila elektron pindah dari kulit luar ke dalam maka akan memancarkan energi berupa foton. Sebaliknya bila pindah dari kulit dalam ke luar akan menyerap energi. Atau

Namun demikian model atom Bohr masih mempunyai beberapa kelemahan, yaitu
1) Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan atom hydrogen,sedangkan untuk atom berelektron banyak tidak dapat dijelaskan
2) Lintasan elektron sebenarnya tidak sesederhana seperti yang diajukan Bohr (lintasan lingkaran), tetapi juga ellips (menurut Sommerfeld)
3) Tidak dapat menerangkan garis-garis halus pada spektrum yang semula diketahui hanya satu garis saja
4) Teori atom Bohr tidak dapat menjelaskan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dan tidak dapat menjelaskan pengaruh medan magnet terhadap spektrum atom.
Model atom Bohr untuk atom hidrogen diperlihatkan seperti gambar di bawah ini






Jari-jari orbit elektron adalah r, dan massanya m bergerak dengan laju singgung tetap v. Gaya tarik Coulomb berperan memberikan percepatan sentripetal, sehingga,



Sehingga besar energi kinetik T adalah:

Besar energi potensial antara elektron dan inti yang merupakan energi potensial Coulomb adalah

Sehingga energi total sistem diberikan oleh


Menurut teori Bohr, besar momentum anguler elektron sebanding dengan kelipatan bulat dari ħ, sehingga


Dengan mensubtitusi persamaan (8) ke persamaan (4), maka diperoleh,


Maka kita akan peroleh beberapa nilai r yang tergantung pada n yaitu

Sehingga diperoleh besar jari-jari Bohr untuk n =1, dan dapat dituliskan dalam bentuk
(10)
Dengan mensubtitusi nilai r pada persamaan (9) ke persamaan (7) akan diperoleh:

Bohr menjelaskan bahwa jika elektron melompat dari tingkat energi yang lebih besar dengan jari-jari orbit rB ke lintasan lebih dalam rA, maka energinya akan berkurang berupa radiasi foton,

Sehingga menghasilkan,


Atau


Dengan R adalah konstanta Rydberg yaitu,

Pengukuran panjang gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan kisi difraksi yang diletakkan pada meja spektrometer. Saat cahaya melewati kisi, terjadi peristiwa difraksi,
d sin = n atau =
dengan : d = jarak antara celah kisi (m)
n = orde spektrum (n = 1,2,3,....)
BAB III
METODE EKSPERIMEN

A. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Kisi Difraksi 100 garis/mm
2. Power Supply 3 – 5 KVolt
3. Tabung H2
4. Spektrometer Optik
5. Senter

B. CARA KERJA
1. Pengaturan Spektrometer Optik
a. Mempelajari dengan seksama cara menggunakan dan cara membaca skala spektrometer optik yang akan digunakan.
b. Menyalakan High Voltage Power Supply tabung Hydrogen dan naikkan tegangannya perlahan-lahan hingga tabung tampak menyala dengan terang.
c. Mengatur spektrometer optik sedemikian rupa sehingga celah pada ujung kolimator tepat berhadapan dengan tabung pada jarak + 1cm .










Gambar 3-1
d. Tanpa kisi difraksi, meluruskan posisi kolimator dan teleskop spektrometer optik seperti pada gambar 3-1.
e. Melihatlah ke arah teleskop, dan seharusnya melihat sebuah garis cahaya vertikal. Mengimpitkan garis cahaya tersebut dengan benang vertikal pada teleskop.
f. Jika garis cahaya tersebut terlalu tebal atau terlalu tipis, aturlah lebar celah kolimator dengan memutar bolak-balik sekrup pada ujungnya. Jika garis cahaya tersebut kurang jelas dan tegas, mengatur fokus teleskop.
g. Pada posisi tersebut, putarlah piringan Skala Nonius spektrometer dengan perlahan hingga titik nol skala nonius tepat berimpit dengan titik nol skala utama pada sisi kanan dan titik nol skala nonius dengan titik 180o pada sisi kiri . Masing-masing nilai ini disebut sudut acuan ( ). Spektrometer siap digunakan.
2. Pengumpulan Data
a. Menyusun perangkat eksperimen spektrum atom hidrogen seperti pada gambar berikut.










b. Menentukan terlebih dahulu jarak antar celah ( d ) kisi difraksi yang akan digunakan.
c. Menempatkan kisi sedemikian rupa di antara teleskop dan kolimator dan kunci.
d. Mengamati dari arah teleskop, jika berkas garis cahaya terlalu ke bewah atau ke atas, mengatur meja spektrometer.
e. Memulai dengan memutar teleskop dengan sangat perlahan ke arah kanan dan mengamati spektrum/garis warna yang nampak. Seharusnya akan terlihat serangkaian garis-garis warna mulai dari ungu , nila, biru, hijau, kuning, jingga dan merah. Deretan warna ini terlihat berulang jika teleskop terus diputar ke arah kanan. Rangkaian garis-garis warna pertama yang terlihat disebut orde 1 ( n=1 ), rangkaian garis—garis warna kedua disebut orde 2 ( n=2) .
f. Mengembalikan teleskop ke posisi normal. Selanjutnya memutar teleskop ke arah kanan secara perlahan hingga mengamati garis warna pertama ( warna ungu ) pada orde 1 ( n = 1 ). Mengimpitkan tanda benang vertikal pada teleskop dengan garis warna ungu dan membaca penunjukan skala spektrometer sebagai kanan.
g. memutar teleskop ke arah kiri hingga mengamati garis warna pertama (warna ungu ) pada orde 1 ( n=1). Membaca sebagai kiri.
h. mengulangi kegiatan (e) dan (f) untuk garis-garis warna berikutnya pada orde yang sama.
i. mengulangi kegiatan (e) dan (f) untuk garis-garis warna pada orde berikutnya.
Tabel Hasil Pengamatan
Jarak antar celah kisi difraksi = m
Orde Spektrum (n) Warna Spektrum kanan(o)
kiri(o)
rata-rata(o)




1 Ungu
Nila
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah

Orde Spektrum (n) Warna Spektrum kanan (o)
kiri. (o)
rata-rata(o)




2 Ungu
Nila
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
C. IDENTIFIKASI VARIABEL
a. Variabel manipulasi : orde (n)
b. Variabel respon : kanan (o) dan kiri (o)
c. Variabel kontrol : Jarak antar celah (d)
D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
a. Orde (n) adalah rangkaian garis-garis warna yang terlihat ( misal orde 1 atau n=1 )
b. kanan (o) dan kiri (o) adalah bacaan yang ditunjukkan pada skala spektrometer yang jika teleskop diputar ke arah kanan maka pembacaan skala sebagai kanan (o) dan sebaliknya.
c. Jarak antar celah (d) adalah jarak antar celah kisi difraksi.
BAB IV
HASIL EKSPERIMEN
A. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dalam kegiatan ini di tunjukkan dalam tabel IV.1 di bawah ini.
Jarak antara celah kisi difraksi ( d ) = mm = m
Nilai skala terkecil alat =
Orde (n) Warna Spektrum  kanan (o)  kiri (o)  rata-rata (o)
1 Ungu 2,55 2,52 2,54
Nila 2,75 2,62 2,69
Biru 3,03 2,83 2,93
Hijau 3,42 3,03 3,23
Kuning 3,57 3,46 3,52
Jingga 3,70 3,70 3,70
Merah 4,03 3,93 3,98

Orde (n) Warna Spektrum  kanan (o)  kiri (o)  rata-rata (o)
2 Ungu 5,20 4,97 5,09
Nila 5,52 5,45 5,49
Biru 5,72 5,88 5,80
Hijau 6,35 6,38 6,36
Kuning 6,58 6,53 6,56
Jingga 7,65 7,03 7,34
Merah 7,72 7,82 7,77

Tabel IV. 1. Tabel Hasil Pengamatan untuk orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari praktikum, maka akan dihitung beberapa besaran yang berkaitan dengan percobaan spektrum atom hidrogen, yaitu:
1) Menentukan panjang gelombang berbagai spektrum warna pada atom hidrogen
2) Menghitung konstanta Rydberg (R)
3) Menentukan konstanta Planck (h)

1. Panjang gelombang berbagai spektrum warna
Untuk menghitung panjang gelombang spektrum warna digunakan persamaan
=
jika,
d = 10-5 m
 = sudut rata-rata (o)
n = orde ke 1, 2, ...
maka panjang gelombang masing-masing warna diperlihatkan dalam tabel IV.2 di bawah ini.
Orde (n) Warna Spektrum  rata-rata (o)  (m)
1 Ungu 2,54

Nila 2,69

Biru 2,93

Hijau 3,23

Kuning 3,52

Jingga 3,70

Merah 3,98

Orde (n) Warna Spektrum rata-rata (o)  (m)
2 Ungu 5,09 4,44

Nila 5,49 4.79

Biru 5,80 5.05

Hijau 6,36 5.54

Kuning 6,56 5.71

Jingga 7,34 6.39

Merah 7,77 6.76

Tabel IV. 2. Hasil Analisis panjang gelombang pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.

Dari persamaan,
=
Untuk setiap orde, nilai d dan n dapat dipandang sebagai suatu kostanta. Oleh karena itu yang mempengaruhi kesalahan penentuan panjang gelombang setiap warna hanyalah besar sudut. Besarnya sudut yang digunakan adalah rata-rata besar sudut yang diukur disebelah kiri dan sebelah kanan. Sehinga persamaan ralatnya adalah





karena nilai dari = ,maka



dengan,
= = = 2,91. rad
Besar kesalahan dapat dilihat dalam tabel IV.3 dibawah ini
Orde (n) Warna Spektrum  (m) (m)

1 Ungu
2,91

Nila
2,91

Biru
2,91

Hijau
2,91

Kuning
2,92

Jingga
2,92

Merah
2,92


Orde (n) Warna Spektrum  (m) (m)

2 Ungu 4,44
2,90

Nila 4.79
2,90

Biru 5.05
2,90

Hijau 5.54
2,89

Kuning 5.71
2,89

Jingga 6.39
2,89

Merah 6.76
2,88


Tabel IV. 3. Hasil Analisis kesalahan dalam pengukuran panjang gelombang pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.

2. Menghitung konstanta Rydberg (R)
Penentuan Konstanta Rydberg dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini
= R

Dimana:
 = panjang gelombang setiap warna.
nA = 2
nB = 3 (merah), 4 (jingga), 5 (kuning), 6 (hijau), 7 (biru), 8 (nila), dan 9 (ungu)
Setelah nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam persamaan yang diolah dengan bantuan komputer, maka hasil yang diperoleh seperti dalam tabel IV.4 di bawah ini.
Orde (n) Warna Spektrum  (m) nB R(m-1)
1 Ungu
9 9,491

Nila
8 9,087

Biru
7 8,518

Hijau
6 7,983

Kuning
5 7,753

Jingga
4 8,261

Merah
3 10,369

Orde (n) Warna Spektrum  (m) nB R(m-1)
2 Ungu 4,44
9 9,482

Nila 4.79
8 8,916

Biru 5.05
7 8,617

Hijau 5.54
6 8,121

Kuning 5.71
5 8,333

Jingga 6.39
4 8,346

Merah 6.76
3 10,647

Tabel IV. 4. Hasil Analisis konstanta Rydberg pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.

Perhitungan kesalahan mutlak, kesalahan relatif, dan derajat kepercayaan.





Dengan demikian besar kesalahan pada penentuan konstanta Rydberg (R) sama dengan kesalahan pada penentuan panjang gelombangnya.
Secara teori nilai dari konstanta Rydberg (R) yaitu 10,9737 m-1. Persentase perbedaan (kesalahan) dapat diperoleh dengan persamaan

Persentase perbedaan antara hasil analisis dengan teori diperlihatkan dalam tabel IV.5 dibawah ini.
Orde (n) Warna Spektrum Konstanta Rydberg
(m-1) Persentase kesalahan
(%)
1 Ungu 9,491
13.51
Nila 9,087
17.19
Biru 8,518
22.38
Hijau 7,983
27.25
Kuning 7,753
29.35
Jingga 8,261
24.72
Merah 10,369
5.51
Rata-rata 8.780
19.99


Orde (n) Warna Spektrum Konstanta Rydberg
(m-1) Persentase kesalahan
(%)
2 Ungu 9,482
13.60
Nila 8,916
18.75
Biru 8,617
21.48
Hijau 8,121
25.99
Kuning 8,333
24.06
Jingga 8,346
23.95
Merah 10,647
2.98
Rata-rata 8.923
18.69
Tabel IV. 5. Tabel persentase kesalahan analisis konstanta Rydberg pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.


3. Menentukan konstanta Planck (h)
Menentukan konstanta Planck dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
atau
dimana :
= 3,14 e = 1,602.
k = 9. N c = 3. m/s
m= 9,11. kg
Setelah nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam persamaan yang diolah dengan bantuan komputer, maka hasil yang diperoleh seperti dalam tabel berikut ini.

Orde (n) Warna Spektrum R(m-1) h(J.s)
1 Ungu 9,491
6.96

Nila 9,087
7.06

Biru 8,518
7.22

Hijau 7,983
7.37

Kuning 7,753
7.45

Jingga 8,261
7.29

Merah 10,369
6.76

Rata-rata 8.78
7.159E-34

Orde (n) Warna Spektrum R(m-1) h(J.s)
2 Ungu 9,482
6.96

Nila 8,916
7.11

Biru 8,617
7.19
Hijau 8,121
7.33
Kuning 8,333
7.27
Jingga 8,346
7.27

Merah 10,647
6.70

Rata-rata 8.923
7.12
Tabel IV. 6. Tabel hasil Analisis konstanta Planck pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.

Kesalahan mutlak hasil percobaan dihitung dengan persamaan

Karena nilai konstan maka ralat dari persamaan ini adalah






Jika diketahui nilai h secara teori adalah 6,625 x 10-34 J.s. Hasil perhitungan kesalahan, dapat dilihat dalam tabel IV. 7 di bawah ini,






Orde (n) Warna Spektrum h(J.s) Persentase kesalahan
%
1 Ungu 6.96
5,07
Nila 7.06
6,60
Biru 7.22
8,93
Hijau 7.37
1,13
Kuning 7.45
1,24
Jingga 7.29
1,00
Merah 6.76
2,01
Rata-rata 7.16


Orde (n) Warna Spektrum h(J.s) Persentase kesalahan
%
2 Ungu 6.96
5,10
Nila 7.11
7,28
Biru 7.19 8,51
Hijau 7.33 1,07
Kuning 7.27 9,73
Jingga 7.27
9,67
Merah 6.70
1,12
Rata-rata 7.12
Tabel IV. 7. Tabel hasil Analisis kesalahan dalam penentuan konstanta Planck pada setiap warna untuk Orde satu dan dua dengan beberapa warna spektrum.





C. PEMBAHASAN
Pada tabel hasil analisis data diperoleh panjang gelombang untuk setiap spektrum warna. Panjang gelombang terkecil adalah warna ungu yaitu 4,43x10-7 m untuk orde 1 dan 4,18x10-7 m untuk orde 2. Kemudian warna nila, biru, hijau, kuning, jingga, dan terbesar adalah warna merah yaitu 6,52x10-7 m untuk orde 1 dan orde 2 6,60x10-7 m.
Hasil perhitungan konstanta Rydberg (R) diperoleh rata-rata 8.78 m-1 untuk orde 1 dan 8.923 m-1 untuk orde 2. Hasil ini berbeda dengan nilai R yaitu 1,097x . Hal ini disebabkan oleh kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan data, terutama dalam hal penempatan tanda + dalam spektrometer yang tidak pas dengan warna yang di kehendaki. Hal ini juga disebabkan warna spektrum yang di hasilkan susah dibedakan untuk beberapa spektrum warna.
Sedangkan hasil perhitungan konstanta Planck (h) secara rata-rata diperoleh 7.16 J.s untuk orde 1 dan 7.12 J.s untuk orde 2. Hasil ini juga berbeda dengan nilai h yaitu 6,625 x10-34 J.s. Perbedaan yang ada disebabkan oleh kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan data, terutama dalam hal penempatan tanda + dalam spektrometer yang tidak pas dengan warna yang di kehendaki. Hal ini juga disebabkan warna spektrum yang di hasilkan susah dibedakan untuk beberapa spektrum warna
Adanya perbedaan hasil praktikum dengan teori disebabkan oleh beberapa kesalahan saat mengambil data, yaitu kurang ketelitian saat membaca skala dan ketepatan posisi spektrum warna pada garis vertikal saat dilihat di teleskop.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstanta Rydberg (R) untuk orde 1 rata-rata = 8.780 dan orde 2 rata-rata = 8.923
2. Konstanta Planck (h) untuk orde 1 rata-rata = 7.16 Js dan orde 2 rata-rata = 7.12 Js
4. Terdapat spektrum diskrit atom hidrogen yaitu spektrum warna-warnanya dapat dibedakan

B. SARAN
Hendaknya pembacaan skala diberi lampu yang terang, agar skala yang terlihar lebih terang dan jelas.

C. DAFTAR PUSTAKA
1. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 edisi kelima (Terjemahan).Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Halliday dan Resnik.1991. Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Sears dan Zemansky. 1962. Fisika untuk universitas 2 listrik, magnet (terjemahan).Jakarta: Binacipta
4. Sunardi dan Indra, Etsa. 2006. Fisika Bilingual Untuk SMA/MA kelas XII semester 1 dan 2. Bandung: Penerbit Yrama Widya
5. Surya, Yohanes. 2001. Fisika itu Mudah edisi kedua SMU catur wulan kedua kelas 3. Tangerang: Penerbit PT. Bina Sumber Daya MIPA.
6. Tim Eksperimen Fisika Modern. 2009. Penuntun Eksperimen Fisika Modern Program S2. Makassar. Laboratorium Fisika Unit Fisika Modern FMIPA UNM.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efek Fotolisrik

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang            Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, kita dihadapkan pada situasi dimana paham klasik yang selama puluhan tahun diyakini sebagai paham yang benar, terpaksa harus dirombak. Paham yang dimaksud adalah konsep cahaya sebagai gelombang tidak dirombak, fenomena efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan secara baik.            Paham yang baru yang mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek fotolistrik adalah bahwa cahaya sebagai partikel namun demikian, munculnya paham baru ini menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa paham cahaya sebagai gelombang telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan sejumlah besar fenomena yang berkaitan dengan fenomena difraksi, interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomen

Efek Hall

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya gaya pada muatan bergerak dalam sebuah konduktor yang berada dalam medan magnet di peragakan oleh efek hall. Kawat berarus listrik yang terletak dalam medan magnet dengan arah tegak lurus dengan arah arus maka kawat akan mengalami gaya magnetik sehingga menyebabkan kawat akan melengkung. Namun bagaimana dengan sebuah plat konduktor (lempengan) yang berarus listrik berada dalam medan magnet, apakah plat tersebut akan mengalami gaya? Sebuah pelat yang dialiri arus listrik dengan kerapatan arus J, yang geraknya tegak lurus terhadap medan magnet B, dan medan elektrostatik ataaupun medan nonelektrostatik E dengan arah yang tegak lurus terhadap B dan J. Jika nilai-nilai ini dapat diukur, maka beberapa variable yang sangat penting dalam proses konduksi dapat diketahui. Variable tersebut diantaranya adalah kerapatan pembawa muatan dalam bahan yang digunakan, konduktivitas bahan, konstanta hall bahan, dan jenis pembawa muatan dalam bahan yang diguna